top of page

Tak Kenal Maka Tak Sayang-Ncus

Kalian pasti sudah biasa membaca nama Ncus didalam ceritaku. Dia adalah salah satu sahabat pendakianku. Melalui artikel ini aku mencoba memperkenalkan siapa Ncus itu kepada kalian para pembaca. Alangkah baiknya kita sebagai manusia bisa menggambarkan baik buruk orang dekat disekitarmu.



Ncus hanyalah sebuah panggilan akrab yang sering digunakan orang disekitarnya. Nama aslinya adalah Fransiskus Sasono Widarto. Pada awalnya aku tidak pernah mengenal Ncus meskipun kami berdua bekerja di perusahaan yang sama. Ayu adalah orang yang menjadi perantara pertemuan pertama kami di Gunung Rinjani. Ncus adalah orang yang paling senior di dalam tim pendakianku. Senior bukan berarti tidak cocok dengan yang muda. Itulah hebatnya Ncus. Dia mampu mengikuti candaan, dan obrolan kami bertiga yang lebih junior dibandingkan dia. Tidak hanya itu hebatnya, dia juga mampu mempertahankan selera klasiknya meskipun sudah terpangaruh selera kami yang lebih junior. Contohnya dalam hal lagu kesukaan. Lagu-lagu klasik dari band Bon Jovi masih tetap menjadi kesukaan nomer satunya.


Pada saat perjalanan pendakian, peran Ncus adalah sebagai sweeper atau orang posisi paling belakang dengan tugas memastikan tidak ada anggota kelompok yang tertinggal. Mungkin sudah menjadi naluri alaminya sebagai yang lebih senior, dia merasa harus memastikan juniornya aman. Namun berdasarkan kata-kata dia sendiri, dia merasa senang dibelakang karena ketika dibelakang dia merasa santai dan tidak dikejar-kejar seperti yang dialami orang paling depan. Hal ini sebenarnya berkebalikan dengan konsepku. Aku justru senang di depan karena didepan aku merasa tidak dikejar-kejar dan bisa menentukan ritme perjalan kelompok. Sedangkan kalau posisi paling belakang, justru aku merasa capai dan tidak bisa santai karena harus terus mengikuti langkah orang didepanku.


Ncus adalah orang yang bisa diajak berubah. Dia mau berpikiran terbuka dengan konsep yang baru. Contohnya seperti ini: dia seorang perokok. Dulunya dia terbiasa membuang puntung rokok tidak pada tempatnya. Suatu saat aku mengajak dia untuk berubah secara semakin kesini kita harus makin sadar dan peduli akan kelestarian dan kebersihan alam. Dalam setiap perjalanan aku selalu menggantungkan tas plastik kecil di tas carrier untuk memudahkan membuang sampah selama perjalanan. Aku mengajak dia untuk membiasakan membuang puntung rokok di tempat tersebut. Alhasil sampai sekarang dia sudah terbiasa dengan hal itu. Tidak perlu diingatkan terus-menerus, justru sekarang dia yang lebih sering mencari aku dan tas plastik yang kubawa. Contoh lainnya yang aku yakin dia sendiri masih berusaha konsisten berubah yaitu tampil ekspresif ketika berfoto. Selama ini kalau sedang berfoto, kami bertiga sudah berganti banyak gaya. Sedangkan dia tetep dengan senyum manis dan gaya angkat jempol. Perubahan dia yang ini tidak lepas pengaruh Triasni yang terus mengikis kekakuannya.



Dalam hal kerjasama kelompok, aku berani katakan dia adalah team player. Contohnya dalam kondisi mendirikan tenda. Ncus bisa diandalkan. Tanpa diminta bantuan dia sudah tau perannya untuk membantu. Perannya berakhir sampai menggelar matras sebagai alas di dalam tenda. Mengenai kebersihan, tidak perlu khawatir karena Ncus selalu mengutamakan kebersihan. Tidak hanya bersih, tipikal orangya juga senang kerapian. Kebersihan dan kerapian bisa dilihat dari barang di dalam tas yang tersusun dengan rapi dan terbungkus plastik agar terjaga kebersihannya. Untuk urusan buang air besar, Ncus tidak bisa menyatu dengan alam seperti aku. Dia lebih memilih menahan dibandingkan harus menggali tanah dan mengeluarkan beban perut disitu. Menurutku ini celah yang masih diubah karena tidak semua gunung memiliki fasilitas yang memadai. Ketika tiba waktunya beberes tenda, pertama dia menjadi penangggung jawab pelipat sleeping bag. Dia selalu bisa memaksimalkan gulungan menjadi ukuran terkecil yang dampaknya akan menghemat tempat ketika masuk ke dalam tas carrier. Kedua dia selalu bisa diandalkan untuk membereskan tenda hingga tersimpan rapi kembali.


Dalam persahabatan pasti ada sikap yang tidak disukai. Sama halnya dengan Ncus, ada beberapa sikap yang awalnya kami tidak suka. Tetapi lama kelamaan kami beradaptasi dengan itu dan justru menjadikan sikap Ncus itu sebagai bahan candaan. Contohnya ketika tenda sudah berdiri, matras sudah digelar, dan barang dia pribadi sudah ditata dengan rapi. Dia pasti langsung rebahan tanpa memperdulikan saat itu sudah waktunya mempersiapkan makan atau belum. Alibi yang dipakai selalu: dia tidak bisa potong-potong dan masak. Jadi, daripada merepotkan mending tidak usah ikut-ikut sekalian. Bahkan mencuci peralatan makan tidak pernah. Mengesalkan bukan? Tetapi kami beradaptasi dengan hal ini, mengerti kebiasaan satu sama lain yang berujung makin eratnya hubungan persahabatan.


Contoh lainnya adalah kebiasaan dia untuk delegasi. Misal ketika aku meminta tolong kepada dia, pasti permintaanku di delegasikan kepada Ayu atau Triasni. Tapi yang ini, sering ujung-ujungnya dia juga yang melakukan karena sebenarnya dia melakukan delegasi itu untuk coba-coba berhadiah (kalo berhasil ya syukur, kalau tidak ya sudah) dan kami bertiga sudah kebal dengan kelakukannya. Ilmu delegasi itu sudah mental kalau ke kami bertiga.


Itulah Ncus dengan berbagai kelebihan dan kekurangnya. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kalian dan bagi kami berempat juga. Sampai jumpa di artikel perkenalan selanjutnya.


Salam Tak Kenal Maka Tak Sayang

25 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page