top of page

Tak Kenal Maka Tak Sayang-Triasni

Sahabat pendakianku yang terakhir adalah Triasni. Yuk kenal lebih dekat dengan Triasni.


Triasni terlahir sebagai manusia etnis Batak yang merantau ke tanah Jawa untuk menuntut ilmu yang lebih baik. Dia pindah ke Jakarta tepat sebelum merajut pendidikan kuliah. Tanah kelahirannya adalah Dolok Sanggul. Pada tau Dolok Sanggul? Yang pasti jauh dari Medan loh tempat ini. Dolok Sanggung adalah sebuah kota yang terletak berdekatan dengan Danau Toba. Kota ini berada pada dataran tinggi sehingga memiliki hawa yang dingin.



Pada awalnya, Ncus dan Ayu yang terlebih dahulu mengenal Triasni karena satu departemen dan satu kantor di Jakarta. Kemudian Ncus dan Ayu mengajak Triasni dan aku untuk mendaki Merbabu dan di situlah pertemuan pertamaku dengan Triasni. Sekarang Triasni sudah pindah kantor ke Surabaya. Sejak perpindahan ini, aku dan dia selalu mendaki bersama-sama. Gunung Semeru menjadi saksi bisunya.


Spirit of the team itulah sebutan bagi Triasni selama perjalanan pendakian. Meskipun dia sendiri kelelahan, Triasni selalu tetap bisa menghibur dan menyemangati teman pendakiannya. Itulah kekuatan terbesarnya dalam hal kerja sama tim. Satu semangat khas yang dia berikan adalah mengambil kekuatan dari pohon. Ketika kelelahan, tempelkan tangan ke pohon sekitar. Biarkan energi dalam pohon berpindah ke diri dan mengisi kembali baterai tenaga. Terdengar aneh kan? Tapi aku melakukannya juga. Bahkan hingga hari ini aku masih menggunakan itu. Tri kamu sudah berhasil menjadi influencer. Aku korbannya!


Alasan kedua Triasni mendapat julukan itu karena dia yang selalu aktif untuk membuat obrolan di dalam kelompok dan aktif untuk mengambil foto. Tanpa ada kehadirannya, mungkin perjalanan pendakian akan cenderung diam dan dokumentasi pendakian selama ini minim jumlahnya.



Ketika sudah sampai di camping ground, Triasni membantu mendirikan tenda, meskipun sebenarnya peran dia dimulai ketika menyiapkan makanan. Dia bertugas menyiapkan dan memotong bahan makanan. Namun, tidak selalu berjalan seperti itu. Terkadang aku dan dia bertukar peran. Dia yang memasak, dan aku yang potong-potong. Bisa kukatakan dia adalah partnerku dalam menyelesaikan urusan perut kelompok.


Sama seperti Ayu, Triasni selalu kami siapkan untuk beramah tamah dengan tenda sebelah meminta kekurangan bahan masak kami. Karakter pribadinya yang mudah bergaul dengan orang baru dan kemampuan public speaking yang mumpuni, kedua hal ini kami yakini menjadi modal yang kuatnya untuk menjalankan peran ini. Ketika Ayu tidak ikut pendakian, pasti Triasni yang bergerak bergerilya.


Sensai pedas sudah menjadi kesukaannya. Rata-rata makanan yang pedas pasti dia bisa makan. Namun, kalau sudah makan di gunung, dia memilih untuk mengurangi konsumsi makanan pedas karena satu alasan saja. Takut sakit perut dan buang air besar terus-menerus. Satu makanan yang meskipun pedas, dia tetap memilih tidak makan yaitu rawon. Bisa jadi Triasni akan makan rawon ketika rawon menjadi satu-satunya makanan yang tersisa dalam situasi perjuangan hidup.


Ketika makan sudah selesai, Triasni kembali bertugas bersama aku untuk membereskan peralatan makan. Bersama dengan aku mencuci dan menggali tanah untuk membuang sisa-sisa makanan. Terima kasih aku ucapkan sebesar-besarnya karena pekerjaan ini banyak yang tidak mau melakukan. Setelah kenyang pasti pada mau rebahan semua. Dengan ada kamu, hidupku menjadi lebih nyaman. Aku menjadi lebih cepat rebahan.


Kekurangan Triasni bagiku ada dalam hal kerapian. Ketika memasak, Triasni tidak bisa mengatur bahan dan bumbu yang dipakai dengan rapi. Seringnya bingung mencari ketika saatnya bahan dan bumbu tersebut dibutuhkan. Setelah dicari-cari sampai membongkar tas, ternyata terselip dibawah matras.


Satu kejadian yang akan selalu kuingat ketika berbicara memasak dengan Triasni, yaitu dia tidak sengaja menendang jatuh sup yang sedang aku masak dimana posisi saat itu satu kelompok sudah lapar berat dan kedinginan karena perjalanan menuju camp ground ditemani hujan. Lauk yang jatuh ke tanah cukup banyak dan pasti sudah tidak bisa dimakan. Sontak aku cuma mampu menghela napas menahan emosi lalu berkata "tolong dibersihkan." Positifnya adalah Triasni mampu mengambil pelajaran dari kejadian ini. Dia selalu mengingat dan menjadi lebih berhati-hati hingga kejadian ini tidak pernah terulang kembali.


Sekian pendekatan dengan Triasni yang penuh dengan kelebihan dan kekurangan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kalian dan bermanfaat bagi kami berempat. Sampai jumpa.


Salam Tak Kenal Maka Tak Sayang

14 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page